Yang Terhormat para Calon Kepala Daerah!
Ketegangan psiokologis politik masyarakat Indonesia sedang kumat saat ini, seiring dengan perhelatan Pilkada serentak 2018 yang tinggal menghitung hari. Ketegangan psikologis ini semakin bertambah, karena dalam beberapa bulan ke depan, kurang lebih dua bulanan lagi, akan muncul nama-nama calon Presiden yang semakin membuat cenat-cenut kepala masyarakat Indonesia.
Bagi Anda yang terpilih nanti menjadi pemimpin, mewakili masyarakat banyak saya mengucapkan selamat dan jangan lupa pada janji-janji di saat kampanye. Bagi Anda yang tidak terpilih, dunia belum kiamat. Jangan kecil hati. Itulah dunia politik yang telah menjelma menjadi etalase judi. Hukum alamnya: ada yang menang dan ada yang kalah. Sejumlah modal yang telah Anda keluarkan anggaplah sebagai sedekah untuk demokrasi. Tanpa Anda yang berani menghadapi perhelatan beresiko tinggi ini prosesi demokrasi tidak akan hadir di negeri ini.
Sekali lagi, bagi Anda yang telah mengorbankan banyak biaya namun tidak lolos terpilih menjadi Pemimpin Daerah dalam perjudian ini saya “angkat topi”. Saya tidak seberani Anda untuk ikut berjudi dengan mengorbankan sejumlah uang yang tak sedikit jumlahnya. Saya tidak siap menghadapi tekanan batin (stress) ketika kalah. Lebih-lebih kalau uang yang saya gunakan kampanye hasil pinjam dari sana-sini.
Anda yang berhasil dalam perjudian politik, jangan lupa. Saya dan masyarakat Indonesia sedang menunggu janji, sekalipun mungkin dalam pemungutan suara nanti saya tidak mencoblos nama Anda. Memang, sepertinya kurang bijak kalau saya tidak mencoblos Anda lalu tiba-tiba menagih janji. Namun, jangan salah, langit negeri tempat kami bernaung ini penuh sesak dengan janji yang saling berterbangan dan membentuk asap polusi di atas bumi pertiwi. Andaikan para malaikat pencatat amal menyediakan buku kurang besar untuk menampung janji-janji calon dan ‘calo’ pemimpin di saat kampanye, tampaknya janji-janji itu tidak akan terwadahi, saking banyak dan beragam dari ratusan calon kepala daerah.
Janji adalah hutang yang mesti ditunaikan, walaupun berjanji di politik merupakan bagian dari strategi. Akan tetapi, dalam ajaran agama janji adalah hutang yang akan ditagih nanti suatu saat. Janji yang disampaikan untuk banyak orang akan ditagih ramai-ramai. Anda yang memiliki nurani sehat, bertanggung jawablah dan tunaikan janji itu sebisa mungkin.
Saya paham, Anda sedang berpikir keras untuk memenuhi janji, barebarengan dengan memikirkan bagaimana caranya agar menang dalam perjudian ini. Juga, tampaknya Anda sedang mencari cara agar tidak terbebani oleh janji yang kadung Anda ucapkan. Jangan sekali-kali berani mencari celah untuk menghindar dari janji. Saya tahu, janji yang Anda ucapkan tidak sepenuh hati. Akan tetapi Anda sudah terperangkap dalam jala janji dan perjalanan Anda masih panjang.
Anda tidak tahu persis oleh siapa dipilih hingga nanti lolos dari lubang jarum perjudian demokrasi kali ini. Karena tidak tahu persisi siapa yang memilih, penuhi saja janji kepada semua orang. Jangan pilih kasih hanya gara-gara saya tidak diketahui mencoblos Anda. Kalau Anda tahu bahwa saya tidak memilih Anda, anggaplah saya ini penyempurna dan pelengkap prosesi politik yang menghantarkan Anda meraih kursi jabatan yang diidamkan siang malam.
Anda bayangkan, apabila saya tidak berbeda pilihan dengan pendukung Anda, pasti tidak akan ada proses politik yang legitimated dalam berdemokrasi. Proses politik yang benar dalam berdemokrasi justeru apabila saya berbeda pilihan dengan Anda. Kalau Nabi Muhammad menyatakan, perbedaan itu adalah rahmat, artinya kelengkapan dan keabsahan politik butuh perbedaan dukungan, kecenderungan, dan pilihan. Perbedaan itu syarat sah berdemokrasi. Jadi, kalau saya tidak memilih Anda bukan artinya janji itu tidak perlu ditepati. Anggaplah saya ini pelengkap kemenangan Anda.
Saya dan masyarakat Indonesia tidak muluk-muluk dalam berharap dan menuntut janji. Yang saya inginkan Anda tidak korupsi dan mengutamakan kepentingan orang banyak di atas kepentingan sendiri, kelompok, dan partai. Memang, Anda terpilih karena, salah satunya, jasa partai, jasa kelompok, dan tim sukses Anda. Akan tetapi, negeri ini bukan hanya milik partai, kelompok, dan tim sukses Anda, tapi juga milik mereka yang sekarang bergeletakan di pinggir jalan karena tidak punya tempat tinggal.
Saya siap taat dan menyerahkan mandat kepercayaan kepada Anda untuk melakukan apa saja di Pemerintahan Daerah nanti. Saya tidak akan merecoki apa yang Anda perbuat di kursi tempat Anda duduk nanti, walapun sekali-kali akan unjuk aspirasi. Saya juga tidak akan merecoki gaji bulanan Anda.
Biaya yang Anda keluarkan tidak sedikit. Namun, Anda patut bersyukur, sebab lawan politik, yang biayanya mungkin lebih besar, tidak terpilih. Saya dan rakyat Indonesia siap membayar pajak untuk “mengongkosi” Anda. Saya rela mengeluarkan sebagian pendapatan saya untuk Anda, karena Anda pemimpin saya, namun jangan banyak tidur dan ingkar janji. Jangan biarkan saya dan rakyat Indonesia merana karena di-PHP. Diingkari janji itu terasa sakit, walaupun mungkin lebih sakit lagi ketika Anda tidak menang dalam perjudian politik padahal modal tidak sedikit keluar. Selamat menikmati kemenangan dan Idul Fitri 2108!