Perpustakaan Tingkatkan Sistem Digitalisasi
[www.uinsgd.ac.id] Sosialisasi yang sudah direalisasikan sejak April 2015 lalu, pihak Unit Pelayanan Terpadu (UPT) Perpustakaan UIN Bandung semakin meningkatkan kualitas digitalisasi yang setiap hari pengunjungnya mencapai lebih dari seribu orang.
Hingga saat ini jumlah tagging book yang sudah terdaftar sebanyak 26 ribu dan persentase realisasi program mencapai 58%. Melihat dari jumlah pengunjung yang fantastis pihak pengelola khususnya bidang Automasi dan Komputerisasi ingin menambahkan jumlah perangkat sistem.
“Kendala saat proses penggunaan digitalisasi sebenarnya klasik, seperti mengenai anggaran dan kebijakan. Karena tahun lalu seperti yang kita tahu, gedung perpustakaan mengalami kerusakan perangkat jaringan usai dilanda puting beliung, sehingga kami install ulang sistem programnya.
Untuk saat ini, kami mendapat bantuan perangkat yang disebut MPS, sehingga users dapat mengembalikkan buku secara mandiri namun belum dapat digunakan,” papar Kabid Automasi dan Komputerisasi UPT Perpustakaan UIN Bandung, Jajang Burhanudin saat ditemui Jurnalpos, Selasa (13/10).
Pihak Automasi dan Komputerisasi Perpustakaan untuk program kedepannya mencanangkan perpustakaan online, dimana sebelum pengunjung masuk bisa mengakses informasi seputar perpustakaan.
Bahkan nantinya dapat menggunakan sistem book drop sehingga peminjam dapat mengembalikan buku selama 24 jam, termasuk disaat perpustakaan tutup. Terkecuali bagi peminjam yang telat dalam tempo pengembalian dan harus menemui bagian pelayanan terlebih dahulu.
“Untuk pengembalian buku mandiri, dibutuhkan lagi dana untuk penyediaan kertas, bisa juga disiasati dengan mengecek data peminjaman buku terlebih dahulu. Karena nantinya akan muncul struk saat usermengembalikan dan meminjam buku,” tambah Jajang.
Setelah daftar hadir digital, katalog dan perangkat book drop disediakan. E-book, jurnal, skripsi, disertasi hingga tesis akan disediakan dalam bentuk online. Situs dapat diakses jika perpustakaan sudah On Website sehingga program yang dicanangkan dapat direalisasikan dengan segera.
Namun dengan adanya program perpustakaan online, users tidak dengan mudah meng-copy. Tetap saja nama pembuat karya harus disertakan, kewenangan hak untuk karyanya dengan mencetakhardcopy yang dapat menghindari plagiarism serta dapat dipertanggungjawabkan datanya oleh usersyang menggunakannya.
“Saat ini mau tidak mau perpustakaan harus menyesuaikan supaya tidak ketinggalan jaman, meskipun secara prinsip digital lebih kearah jurnal, e-book, local content dan lainnya. Dan itu menjadi nilai jual sendiri bagi sebuah lembaga dengan adanya karya lokal. Ini bisa dikatakan periode awal yang sudah terlaksana dalam penggarapan sistem digitalisasi,” tutupnya. [Awallina Ilmiakhanza / Rizkia Sasi, Jurnal Pos]