SEKOLAH MENULIS: Ruang Bersama Lintas Generasi
Oleh:
Wahyudin Darmalaksana
Sungguh mengasyikan bila menulis artikel ilmiah telah menjadi kebiasaan. Asyik karena menulis artikel ilmiah berperan besar mengasah nalar yang berporos pada akal. Kita mengajukan pertanyaan atas problem atau masalah yang sedang dihadapi. Sekaligus kita memberikan jawaban atau solusi terhadap masalah yang diajukan tadi. Disebut mengasah nalar karena kita harus berupaya mengedepankan jawaban yang logis dalam arti diterima kebenarannya menurut sudut pandang ilmu. Tentu aktivitas demikian itu mengasyikan sebab dibutuhkan kecermatan, ketelitian, dan keakuratan. Menulis artikel ilmiah mesti dibiasakan dan pasti sangat mengasyikan.
Melalui penulisan artikel ilmiah kita menjadi kaya argumen. Argumen adalah pernyataan original tentang sesuatu. Bukan argumen namanya kalau tidak original. Dengan perkataan lain, setiap argumen pasti original. Ajukanlah satu pertanyaan. Misalanya, masakan apa yang paling populer di Pekanbaru Riau? Jawabannya ialah masakan ikan baung. Kalimat "masakan ikan baung paling populer di Pekanbaru Riau" adalah argumen. Argumen ini bisa didasarkan informasi, rujukan, dan penelitian. Namun, argumen tersebut bisa saja baru hanya sebuah praduga, purbasangka, hipotensi atau asumsi. Dengan perkataan lain, baru sebuah "perumusan masalah" yakni "diasumsikan masakan ikan baung paling populer di Pekanbaru Riau". Berdasarkan rumusan itu, kita masih perlu melakukan penelitian serius dengan mengajukan pertanyaan: benarkah masakan ikan baung paling populer di Pekanbaru Riau? Dari satu pertanyaan utama tunggal ini kita bisa menjadi kaya argumen.
Penelitian apa pun materi dasar atau terapan menuntut dua hal, yaitu studi literatur dan studi lapangan. Studi literatur bersumber dari referensi jurnal. Adapun studi lapangan dilakukan melalui observasi, wawancara atau kuisioner. Studi literatur dimaksudkan untuk tinjauan riset terdahulu yang berkaitan dengan tujuan penelitian atau biasa disebut dengan pokok masalah. Kita akan mendapat informasi dari jurnal apakah kita akan menyangkal pendapat atau temuan terdahulu ataukah akan mendukung dan mengembangkannya. Bisa saja sebuah sintesa yakni mengambil dua pandangan yang bertolak belakang untuk disintesiskan menjadi pandangan baru. Nanti studi lapangan berperan untuk menguji atau membuktikan kebenaran argument.
Meskipun original, argument tidak mungkin berdiri sendiri. Kita berdiri di atas pundak raksasa pendahulu kita. Argumen kita harus dilandaskan pada teori-teori besar yang sudah ajeg. Biasanya disebut grand theory. Ibarat kepala dalam sebuah tubuh. Sebuah grand pasti memiliki turunannya yang lazim disebut midlle range theory. Suatu epistemology dari sebuah ilmu. Di samping mempunyai kepala dan tubuh, teori atau ilmu juga memiliki kaki sebut saja application theory. Bukan ilmu Namanya kalua tidak memiliki kepala, tubuh, dan kaki. Ilmu atau teori itu harus operasional disebut aspek aksiologis. Sedangkan kepala dipanggil ontologis dan tubuh epistemology tadi. Biasanya orang bertanya, akan menggunakan teori apa penelitian kita? Atau akan dilandaskan pada teori apa argument kita? Ilmu berkembang dan berbagai teori ditemukan di kanal sejarah karena demikianlah watak ilmu mengalami perkembangan.
Tidak cukup sampai di situ, setiap ilmu mencakup metodologi. Yaitu, proses atau alur bagaimana ilmu itu ditemukan. Terkadang ilmu tertentu relevan meminjam metodologi ilmu lain. Saling meminjam metodologi antar-ilmu inilah yang menyebabkan teori berkembang. Misalnya, puasa sebagai sistem iman umat muslim ditinjau dari ilmu kesehatan. Penelitian tidak bisa terlepas dari metodologi mencakup alur, pembuktian, dan analisis. Analisis dapat digunakan berbagai pendekatan atau perspektif secara holistic. Kebaruan suatu penelitian bisa saja bukan pada teorinya melainkan pada metode dan analisisnya. Meneliti tidak perlu berpretensi untuk menemukan teori atau postulat baru, terkadang diperlukan juga tinjauan sesuatu berdasarkan analisis kritis, perspektif baru, dan atau pandangan baru. Itu pun kebaruan.
Jadi betapa mengasyikan meneliti dan menulis itu untuk dipublikasikan di jurnal. Semua keasyikan itu bisa kita temukan di Sekolah Menulis UIN Sunan Gunung Djati Bandung.
Penulis adalah Kepala Pusat Penelitian dan Penerbitan LP2M UIN SGD